PT Geo Dipa Klaim Pengembangan Proyek Panas Bumi Patuha 2 Tidak Merusak Ekosistem
Bandung, Jawa Barat
Pengembangan proyek panas bumi di wilayah Kabupaten Bandung membutuhkan penambahan lahan. Demi mendukung proyek nasional tersebut, akan dilakukan pembukaan lahan di Gunung Patuha hingga seluas 2,82 hektar. Geo Dipa Energi Persero, selaku perusahaan yang mengembangkan proyek panas bumi di Patuha, mengklaim proses pembukaan lahan itu dilakukan dengan memperhatikan lingkungan.
General Manager Proyek Pengembangan Panas Bumi Patuha 2 Geo Dipa Energi Persero, Supriadinata Marza mengatakan dalam rangka pengembangan proyek panas bumi khususnya Patuha 2, diperlukan penambahan lahan. Oleh karena itu, pihaknya mengajukan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang dimiliki oleh Perhutani.
“Pengeboran yang akan kami lakukan tentu akan berdampak kepada pembukaan lahan. Kami yakin, bahwasanya skenario untuk pembukaan lahan itu memperhatikan keberlangsungan mulai dari ekosistem, flora dan fauna. Jadi, akan tetap menjaga keutuhan lahan,” ujar Marza saat diwawancara usai acara paparan publik pengelolaan lingkungan dalam pembukaan lahan IPPKH Patuha unit 2 PT. Geodipa di Patuha Resort KM.8 Ciwidey, Kamis (4/11).
“Pembukaan lahan ini mulai dari penebangan kayu, kemudian cut and fill yang kami gunakan untuk lahan pengeboran Patuha unit 2,” sambungnya.
Karena telah menggunakan lahan hutan, maka Geo Dipa Energi Persero wajib memberikan lahan kompensasi dua kali lipat dari luas lahan yang dipakai.
“Kami akan melakukan pembebasan lahan sebagai lahan kompensasinya sekitar 5,64 hektar, itu di kawasan Desa Sugihmukti Kabupaten Bandung,” ungkap Marza.
Dikatakan Marza, pengerjaan proyek panas bumi Patuha 2 ini, dari mulai pengeboran hingga pembangunan fasilitas PLTP, akan dilakukan mulai tahun ini. Sementara untuk kegiatan komersilnya, lanjut Marza, akan mulai beroperasi pada tahun 2024.
“Proyek panas bumi yang dilakukan oleh PT Geo Dipa Energi, bertujuan untuk menambah kapasitas listrik dan ketahanan energi nasional. Listrik yang akan di salurkan 55 megawatt net, produksinya 400 Giga Watt hours per tahun, itu yang akan disalurkan ke PLN,” ungkap Marza.
Sementara menurut Pegiat lingkungan, Eyang Memet mengaku melakukan pengecekan terhadap lahan pengganti yang menjadi kewajiban oleh PT Geo Dipa Energi. Jika tidak ada lahan pengganti, maka pihaknya akan melakukan penolakan terhadap proyek panas bumi tersebut
“Tetapi terjawab sudah pada tanggal 27 itu ada rekomendasi bupati bahwa akan ada lahan pengganti,” kata Eyang di Patuha resort.
Pihaknya telah mencatat dan mencermati mengenai keaneragaman hayati yang ada di lahan proyek panas bumi tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat diketahui tanaman apa saja yang bisa diselamatkan.
“Dari mulai tanaman vegetasi berkayu sampai lantai bawah hutan tersebut. Kalau berbicara tentang keanekaragaman hayati tentang potensi vegetasi tidak akan sampai hilang,” pungkasnya. (Humas/Tm)