Larangan Berjualan di Stadion Si Jalak Harupat Saat Pertandngan U-17, Pengamat, “Harusnya Dinas Terkait Bisa Mengkoordinir, Jangan Tutup Mata”
Kabupaten Bandung,
Perhelatan Piala Dunia U-17 yang saat ini masih berlangsung, dan Indonesia menjadi tuan rumah. Pertandingan dilaksanakan dibeberapa daerah yang ditunjuk, salah satunya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Megahnya pertandingan sepak bola U-17 seharusnya bisa membawa dampak positif, khususnya bagi pendapatan para pedagang yang biasa berjualan di Stadion Si Jalak Harupat.
Namun pada kenyataannya banyak pedangan yang mengeluhkan penurunan omset sampai 50 persen ketika dipindahkan jauh dari stadion.
Melihat hal ini, Adib Miftahul selaku Pengamat Kebijakan Publik mengatakan bahwa seharusnya pemerintah daerah bisa melakukan kordinasi dengan pihak FIFA.
“Seharusnya semua bisa dilakukan pembicaraan, dan pemerintah daerah tidak menelan mentah-mentah peraturan FIFA ketika tidak menguntungkan daerah tersebut. Saya rasa banyak yang bisa dilakukan pemerintah daerah, seperti melakukan pengkoordiniran pedagang,” kataya.
Selain itu pemerintah daerah melalui dinas perdagangan dan dinas koperasi bisa melakukan kordinasi dengan pihak FIFA. “Saat ini yang saya lihat pedagang dipindahkan jauh dari stadion, dan ternyata lokasi tempat berdagangnya sangat sepi sehingga merugikan pedagang,” tegasnya.
Seharusnya, tambah Adib bahwa perhelatan piala dunia U-17 bisa membawa peningkatan ekonomi daerah. “Ini bisa menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, dan untuk panitia jangan hanya bedalih dan berpangku tangan dengan peraturan FIFA. Dengan kejadian ini harusnya ada win-win solution, agar kedua belah pihak bisa saling menguntungkan,” tegasnya.
“Event penyelenggaraan U-17 ini juga harusnya bisa membawa dampak ekonomi untuk UMKM,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Kabupaten Bandung, dengan stadion si Jalak Harupat menjadi salah satu stadion yang digunakan oleh FIFA untuk melakukan pertandingan sepak bola U-17 dari berbagai negara. (TM/Sly)